Kamis, 10 November 2011

SEJARAH DAN PROBLEMATIKA ILMU PENGETAHUAN

A.    Zaman Purba (15 SM – 7 SM)
Pada dasarnya manusia di zaman purba hanyalah menerima semua peristiwa sebagai fakta. Sekalipun dilaksanakan pengamatan, pengumpulan data dan sebagainya, namun mereka sekedar menerima pengumpulan saja. Fakta-fakta hanya diolah sekedarnya, hanya untuk menemukan soal yang sama, yaitu common denominator, itu pun barangkali tanpa sengaja, tanpa tujuan. Kalaupun ada penegasan atau keterangan, maka keterangan itu senantiasa dihubungkan dengan dewa-dewa dan mistik. Oleh karena itulah pengamatan perbintangan menjelma menjadi astrologi.
Pengamatan yang dilakukan oleh manusia pada zaman purba, yang menerima fakta sebagai brute facts atau on the face value, menunjukka bahwa manusia di zaman purba masih pada tingkatan sekedar menerima, baik dalam sikap maupun dalam pemikiran (receptive attitude dan receptive mind) (Santoso, 1977: 27)
Perkembangan pengetahuan dan kebudayaan manusia pada zaman purba dapat diruntut jauh kebelakang, bahkan sebelum abad ke-15 SM, terutama pada zaman batu. Pengetahuan pada masa itu diarahkan pada pengetahuan yang bersifat praktis, yaitu pengetahuan yang memberi manfaat langsung kepada masyarakat. Kapan dimulainya zaman batu tidak dapat ditentukan dengan pasti, namun para ahli berpendapat bahwa zaman batu berlangsung selama jutaan tahun.
Sesuai dengan namanya, zaman batu, pada masa itu manusia menggunakan batu sebagai peralatan. Hal ini tampak dari temuan-temuan seperti kapak yang digunakan untuk memotong dan membelah. Selain menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu, manusia pada zaman itu juga menggunakan tulang binatang. Alat yang terbuat dari tulang binatang antara lain digunakan menyerupai fungsi jarum untuk menjahit. Ditemukannya benda-benda hasil peninggalan pada zaman batu merupakan suatu bukti bahwa manusia sebagai makhluk berbudaya mampu berkreasi untuk mengatasi tantangan alam sekitarnya.
Seiring dengan perkembangan waktu, benda-benda yang dipergunakan pun mengalami kemajuan dan perbaikan. Penemuan dilakukan berdasarkan pengamatan, dan mungkin dilanjutkan dengan percobaan-percobaan tanpa dasar, menuruti proses trial and error. Akhirnya, dari proses trial and error, yang memakan ratusan bahkan ribuan tahun inilah terjadi perkembangan dan penyempurnaan pembuatan alat-alat yang digunakan, sehingga manusia menemukan bahan dasar pembuatan alat yang baik dan kuat serta hasilnya pun menjadi lebih baik. Dengan demikian tersusunlah pengetahuan know how. Dalam buku know how itulah penemuan-penemuan tersebut diwariskan pada generasi-generasi selanjutnya.
Perkembangan kebudayaan terjadi lebih cepat setelah manusia menemukan dan menggunakan api dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memanfaatkan api untuk menghangatkan tubuh, ketergantungan manusia akan iklim menjadi berkurang. Api kemudian juga digunakan untuk memasak dan perlengkapan dalam berburu. Di zaman yang lebih maju nantinya, arti api menjadi lebih penting. Pengetahuan tentang proses pemanasan dan peleburan merintis jalan pada pembuatan alat dari tembaga, perunggu dan besi. Dalam catatan sejarah misalnya, peralatan besi digunakan pertama kali di Irak abad ke-15 SM (Brouwer, 1982: 6).
Perkembangan pengetahuan secara lebih cepat terjadi beberapa ribu tahun sebelum masehi. Peristiwa ini terjadi ketika manusia berada pada zaman batu muda (neolitikum). Pada masa ini mulailah revolusi besar dalam cara hidup manusia. Manusia mulai mengenal pertanian, mengenal kehidupan bermukim (menetap), membangun rumah, mengawetkan makanan, memulai irigasi, dan mulai beternak hewan. Pada masa itu juga telah muncul kemampuan menulis, membaca dan berhitung.
Menurut Anna Poedjiadi (1987: 28-32) pada zaman purba perkembangan pengetahuan telah tampak pada beberapa bangsa, seperti Mesir, Babylonia, Cina dan India. Ada keterkaitan dan saling pengaruh antara perkembangan pemikiran di satu wilayah dengan wilayah lainnya. Pembuatan alat-alat perunggu di Mesir abad ke-17 SM memberi pengaruh terhadap perkembangan teknik yang diterapkan di Eropa. Bangsa Cina abad ke-15 SM juga telah mengembangkan teknik peralatan perunggu di zaman Dinasti Shang, sedangkan peralatan besi sebagai perangkat perang sudah dikenal pada abad ke-5 SM pada zaman Dinasti Chin. India memberikan sumbangsih yang besar dalam perkembangan matematik dengan penemuan sistem bilangan desimal. India bahkan sudah menemukan roda pemutar untuk pembuatan tembikar pada abad ke-30SM. Sayangnya peradaban yang sudah maju itu mengalami kepunahan pada abad ke-20 SM, baik karena bencana alam maupun peperangan.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa pengetahuan pada zaman purba ditandai dengan adanya lima kemampuan, yaitu:
1.      Pengetahuan didasarkan pada pengalaman (empirical knowledge)
2.      Pengetahuan berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap receptive mind, dan kalaupun ada keterangan tentang fakta tersebut, maka keterangan itu bersifat mistis, magis, dan religius
3.      Kemampuan menemukan abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia ke tingkat abstraksi
4.      Kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender yang didasarkan sintesis terhadap hasil abstraksi yang dilakukan
5.      Kemampuan meramalkan peristiwa-peristiwa fisis atas dasar peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi, misalnya gerhana bulan dan matahari

B.     Zaman Yunani (7 SM – 6 SM)
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi memercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima betgiu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap kritis inilah yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa. Beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales, Phytagoras, Socrates, Plato dan Aristoteles.
1.      Zaman Keemasan Filsafat Yunani
Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles, kegiatan politik dan filsafat dapat berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato (rethorika) dinamakan kaum sofis. Kegiatan mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum muda. Yang menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Phytagoras, manusia adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat ucapannya tersebut Socrates dihukum mati.
Hasil pemikiran Socrates ditemukan oleh muridnya, Plato. Dalam filsafatnya Plato mengatakan, realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide.
Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah manusia-manusia yang konkret. Ide manusia tidak terdapat dalam kenyataan. Aristoteles adalah filsuf realis, dan sumbangannya pada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali.
Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk. Keduanya merupakan prinsip-prinsip metafisis, materi adalah prinsip yang tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisme (K. Bertens, 1988: 11-16).

2.      Masa Helinistis dan Romawi
Pada masa ini muncul beberapa aliran berikut:
a.      Stoisisme
Menurut paham ini jagad raya ditentuka oleh kuasa-kuasa yang disebut logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari.

b.      Epikurisme
Segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusi akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa.

c.       Skeptisisme
Mereka berpikir bahwa bidang teoretis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran. Sikap umum mereka adalah kesangsian.

d.      Eklektisisme
Suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur filsafat dari berbagai aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-sungguh.

e.       Neo Platonisme
Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah yang satu. Segala sesuatu berasal dari “yang satu” dan ingin kembali kepada-Nya. (K. Bertens, 1988: 16-18)
  
C.    Zaman Pertengahan (6 M – 15 M)
Zaman pertengahan merupakan suatu kurun waktu yang ada hubungannya dengan sejarah bangsa-bangsa di benua Eropa. Pengertian umum tentang zaman pertengahan yang berkaitan dengan perkembangan pengetahuan ialah suatu periode panjang yang dimulai dari jatuhnya kekaisaran Romawi Barat tahun 476 M hingga timbulnya Renaissance di Italia.
Zaman pertengahan (Middle Age) ditandai dengan pengaruh yang cukup besar dari agama Katolik terhadap kekaisaran dan perkembangan kebudayaan pada saat itu. Pada umumnya orang Romawi sibuk dengan masalah keagamaan tanpa memperhatikan masalah duniawi dan ilmu pengetahuan. Pada masa itu yang tampil dalam lapangan ilmu pengetahuan adalah para teolog. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa itu adalah ancilla theologiae (abdi agama). Oleh karena itu, sejak jatuhnya kekaisaran Romawi Barat hingga kira-kira abad ke-10, di Eropa tidak ada kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan yang spektakuler yang dapat dikemukakan. Periode ini dikenal pula dengan sebutan abad kegelapan.
Berbeda dengan keadaan di Eropa yang mengalami abad kegelapan, di dunia Islam pada masa yang sama justru mengalami masa keemasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peradaban dunia Islam, terutama pada zaman Bani Umayah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad ke-7 M, delaman abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus melakukannya. Pada zaman keemasan kebudayaan Islam juga dilakukan penerjemahan berbagai karya Yunani, dan bahkan khalifah Al-Makmun telah mendirikan Rumah Kebijaksanaan (House of Wisdom) pada abad ke-9 M.
Menurut Slamet Iman Santoso (1997: 64) sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan dalam tiga hal, yaitu:
1.      Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskannya sedemikian rupa, sehingga pengetahuan ini menjadi dasar perkembangan dan kemajuan di dunia Barat sampai sekarang.
2.      Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi dan ilmu tumbuh-tumbuhan.
3.      Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar.

Muhammad Ahmad Al-Khawarizmi menyusun buku Aljabar pada tahun 825 M, ia juga menulis buku tentang perhitungan biasa (arithmetics). Buku tersebut menjadi pembuka jalan di Eropa untuk mempergunakan cara desimal, yang menggantikan penulisan dengan angka Romawi. Khawarizmi juga telah memperkenalkan persamaan pangkat dua dalam aljabar.
Jabir Ibnu Hayan (720 – 800 M) banyak mengadakan eksperimen, antara lain tentang kristalisasi, melarutkan, sublimasi dan reduksi. Di samping mengadakan eksperimen, ia juga banyak menulis antara lain tentang proses pembuatan baja, pemurnian logam, memberi warna pada kain dan kulit, cara membuat kain tahan air, cara pembuatan zat warna untuk rambut. Ia juga menulis tentang pembuatan tinta, pembuatan gelas, cara memekatkan asam cuka dengan cara distilasi. Mengenai unsur-unsur ia berpendapat bahwa logam atau mineral itu terdiri atas dua unsur penting, yakni raksa dan belerang dengan berbagai macam susunan. Logam atau mineral berbeda karena susunan unsur-unsurnya berbeda.
Dalam bidang kedokteran muncul nama-nama terkenal seperti Abu Bakar Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi atau di negara barat dikenal dengan sebutan Razes (850-923 M) dan Ibn Sina atau Avicenna (980-1037 M). Razes sangat banyak menulis buku, di antaranya 100 buah buku tentang kedokteraan, 33 buah buku tentang ilmu pengetahuan alam termasuk alkimia, 11 buah buku tentang matematika dan astronomi, dan lebih dari 45 buah buku tentang filsafat dan teologia. Salah satu hasil karyanya itu adalah sebuah ensiklopedia kedokteran berjudul Continens. Sementara itu Ibn Sina juga menulis buku-buku tentang kedokteran yang diberi nama Al-Qanun. Buku ini menjadi buku standar dalam ilmu kedokteran di Eropa sampai ± tahun 1650. Selain itu, Abu’l Qasim atau Abu’l Casis menulis sebuah ensiklopedi kedokteran, yang antara lain menelaah ilmu bedah serta menunjukkan peralatan yang dipakai pada masa itu (± tahun 1013).
Ibn Rushd atau Averoes (1126-1198 M) seorang ahli kedokteran yang menerjemahkan dan mengomentari karya-karya Aristoteles. Dari tulisannya terbukti bahwa Ibn Rushd mengikuti aliran evolusionisme, yaitu aliran yang berkeyakinan bahwa semua yang ada di dunia tidak tercipta tiba-tiba dan dalam keadaan yang selesai, melainkan semuanya terjadi melalui perkembangan, untuk akhirnya menjelma dalam keadaan yang selesai.
Tokoh lain yang turut berjasa dalam pengembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, terutama dalam bidang geografi adalah Al-Idrisi (1100-1166 M). Ia telah membuat 70 peta dari daerah yang dikenal pada masa itu untuk disampaikan kepada Raja Roger II dari kerajaan Sicilia.
Dalam khasanah pengetahuan sosial, di dunia Islam terdapat nama Ibn Khaldun (1332-1406 M), yang memiliki nama lengkap Abu Zaid Abdal-Rahman Ibn Muhammad Ibn Khaldun al-Hadrami. Ia merupakan seorang ahli sejarah, politik, sosiologi, dan ekonomi. Ia sering dianggap sebagai perintis ilmu sosial dan peletak dasar sosiologi. Hasil karyanya yang termasyhur adalah sebuah buku berjudul Al-Muqaddimah. Dalam bukunya tersebut, ia membahasa tentang perkembangan dalam masyarakat dan perubahan dalam masyarakat.
Dalam pandangan Ibn Khaldun, gejala sosial mengikuti pola dan hukum tertentu, dan dengan sendirinya akan menghasilkan akibat-akibat tertentu pula. Dikatakan bahwa hukum-hukum sosial tidak hanya mengena pada perseorangan, tetapi pada semua orang. Oleh karena itu hokum-hukum ini tidak dipengaruhi oleh seseorang.
Sebagai peletak dasar sosiologi, Ibn Khaldun mempergunakan banyak metode dan teori untuk menjelaskan faktor yang ada dalam masyarakat, misalnya bangsa terjajah akan meniru bangsa yang menjajah, karena merasa bahwa kemenangan disebabkan oleh keunggulan, baik teknik maupun lembaganya, dan hal itu perlu ditiru supaya yang terjajah juga mendapatkan kesuksesan.
Pokok pemikiran dari Ibn Khaldun terletak pada ‘asabiyah atau solidaritas sosial yang menjadi kodrat manusia yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia ialah makhluk sosial, oleh karena itu diperlukan suatu ikatan dalam bentuk negara. Negara dapat terbentuk dan menjadi kuat atas dasar solidaritas ini, tetapi setelah terbentuk berkuranglah ikatan solidaritas, karena adanya kekuasaan yang harus dipatuhi.

D.    Zaman Renaissance (14 M – 17 M)
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Ilahi.
Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler dan Galileo Galilei.
1.      Roger Bacon
Bacon berpendapat bahwa pengalaman (empiris) menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematika merupakan syarat mutlak untuk mengolah semua pengetahuan.

2.      Copernicus
Ia mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehinggamatahari menjadi pusat (heliosentrisme). Pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang berasal dari Hipparahus dan Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (geosentrisme).

3.      Johannes Keppler
Keppler menemukan tiga buah hukum yang melengkapi penyelidikan Brahe sebelumnya, yaitu:
a.       Bahwa gerak benda angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan cirde, namun gerak itu mengikuti lintasan elips. Orbit semua planet berbentuk elips.
b.      Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.
c.       Dalam perhitungan matematika terbukti bahwa bila jarak rata-rata dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q, maka P2 : Q2 X3 : Y3

4.      Galileo Galilei
Galileo membuat sebuah teropong bintang yang terbesar pada masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Ia menemukan beberapa peristiwa penting dalam bidang astronomi. Ia melihat bahwa planet Venus dan Merkurius menunjukkan perubahan-perubahan seperti halnya bulan, sehingga menyimpulkan bahwa planet-plenet tidaklah memancarkan cahaya sendiri, melainkan hanya memantulkan cahaya dari matahari (Rizal Mustansyir, 1996)

E.     Zaman Modern (17 M – 19 M)
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak Zaman Renaissence. Berikut penjelasan sekilas tentang filsuf pada zaman ini:
1.      Rene Descrates
Descrates menemukan dalam ilmu pasti ialah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Garis X letaknya horizontal dan disebut axis atau sumbu X, sedangkan garis Y letaknya tegak lurus pada sumbu x. karena system tersebut didasarkan pada dua garis lurus, maka system koordinat itu dinamakan orthogonal coordinate system. Kedudukan tiap titik dalam bidang tersebut diproyeksikan dengan garis-garis lurus pada sumbu X dan sumbu Y. dengan demikian kedudukan tiap titik potong kedua sumbu menyusuri sumbu-sumbu tadi. Pentingnya sistem yang dikemukakan oleh Descrates ini terletak pada hubungan yang diciptakannya antara ilmu ukur bidang datar dan aljabar. Tiap titik dapat dinyatakan dengan dua koordinat Xi dan Yi. Panjang garis dapat dinyatakan serupa dengan hukum Phytagoras mengenai Hypothenusa. Penemuan Descrates ini dinamakan Analytic Geometry. (Rizal Mustansyir, 1996: 48)

2.      Isaac Newton
Newton berperan dalam ilmu pengetahuan modern terutama penemuannya dalam tiga bidang, yaitu teori gravitasi, perhitungan calculus, dan optika.
a.       Teori gravitasi
Teori gravitasi adalah perbincangan lanjutan mengenai soal pergerakan yang telah dirintis oleh Galileo dan Keppler. Galileo mempelajari pergerakan dengan lintasan lurus, Keppler mempelajari pergerakan dengan lintasan tertutup atau elips.
Newton belum mengetahui bahwa pengaruh benda pada benda yang lain dapat dipandang dan dihitung dari pusat titik berat benda-benda tadi. Setelah kedua hal ini diketahui oleh Newton, barulah ia dapat menyusun teori gravitasi.
Teori gravitasi menerangkan bahwa planet tidak bergerak lurus, namun mengikuti lintasan elips, karena adanya pengaruh gravitasi, yaitu kekuatan yang selalu akan timbul jika ada dua benda berdekatan. Teori gravitasi ini dapat menerangkan dasar dari semua lintasan planet dan bulan, pengaruh pasang surutnya air samudera, dan peristiwa astronomi lainnya.
b.      Perhitungan calculus
Yaitu hubungan antara X dan Y. Kalau X bertambah, maka Y akan bertambah pula, tetapi menurut ketentuan yang tetap atau teratur. Cara perhitungan calculus ini banyak manfaatnya untuk menghitung berbagai hubungan antara dua atau lebih hal yang berubah, bersama dengan kyang teratur.
c.       Optika atau mengenai cahaya
Jika cahaya matahari dilewatkan sebuah prisma, maka cahaya asli yang kelihatannya homogeny menjadi terbias antara merah sampai ungu, menjadi pelangi. Kemudian kalau pelangi itu dilewatkan sebuah prisma lainnya yang terbalik, maka pelangi terkumpul kembali menjadi cahaya homogen. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa cahaya itu sesungguhnya terdiri atas komponen yang terbentang antara merah dan ungu.

3.      Charles Darwin
Darwin dikenal sebagai penganut teori evolusi yang fanatic. Darwin menyatakan bahwa perkembangan yang terjadi pada makhluk di bumi terjadi karena seleksi alam. Teorinya yang terkenal adalah struggle for life (perjuangan untuk hidup).
Darwin berpendapat bahwa perjuangan untuk hidup berlaku pada setiap kumpulan makhluk hidup yang sejenis, karena meskipun sejenis namun tetap menampilkan kelainan-kelainan kecil. Makhluk hidup yang berkelainan kecil itu berbeda-beda daya menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan. Makhluk hidup yang dapat menyesuaikan diri akan memiliki peluang yang lebih besar untuk bertahan hidup lebih lama, sedangkan yang kurang dapat menyesuaikan diri akan tersisihkan karena kalah bersaing. Oleh karena itu yang dapat bertahan adalah yang paling unggul (survival of the fittest). (Rizal Mustansyir, 1996)

F.     Zaman Kontemporer (Abad ke-20 – Sekarang)
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman kontemporer berkembang dengan sangat cepat. Masing-masing ilmu mengembangkan disiplin keilmuannya dan berbagai macam penemuan-penemuannya. Penemuan dan penciptaan terjadi silih berganti dan makin sering. Informasi ilmiah diproduksi dengan cepat, melipat dua setiap tahun, bahkan dalam disiplin-disiplin tertentu seperti genetika setiap dua tahun (Jacob, 1993: 19)
Dalam bidang kedokteran terjadi perubahan besar. Sekitar lima abad yang lalu terjadi perubahan besar dengan gagasan manusia harus menguasai alam; materi dan jiwa harus dipisahkan. Alam tidak hanya diamati, tetapi diselidiki. Mulailah abad analisis, yang di dalam kedokteran menimbulkan patologi sel, penyakit bersebab tunggal dan reduksionisme yang melihat manusia sebagai senyawa kimia.
Dalam dasawarsa-dasawarsa akhir datang pula arus kontra dengan gerakan ke holisme lagi, karena pengaruh negatif teknologi dan pengaruh positif ekologi (Jacob, 1993: 20-21). Disamping itu rekayasa genetika, metode tranplantasi, dan penemuan teknik kloning untuk menghasilkan individu yang sama dengan induknya merupakan penemuan yang spektakuler dari bidang ini.
Dalam disiplin ilmu sosial, berbagai macam pendekatan dihasilkan guna semakin menajamkan daya analisis terhadap fenomena yang ditelitinya. Sementara itu dalam ilmu pengetahuan alam, terutama fisika dianggap memiliki perkembangan yang sangat spektakuler. Salah seorang fisikawan termasyhur pada abad ke-20 adalah Albert Einstein. Ia menyatakan bahwa alam itu tidak terhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu.
Namun pada tahun 1929, fisikawan lain bernama Hubble yang mempergunakan teropong bintang terbesar di dunia melihat galaksi-galaksi di sekeliling kita tampak menjauhi galaksi kita dengan kelajuan yang sebanding dengan jaraknya dari bumi. Observasi ini menunjukkan bahwa alam semesta itu tidak statis, melainkan dinamis sehingga meruntuhkan pendapat Einstein tentang teori kekekalan materi dan alam semesta yang statis.
Para fisikawan kontemporer lainnya seperti Garnow, Alpher dan Herman menarik kesimpulan bahwa semua galaksi di jagad raya ini semula bersatu padu dengan galaksi bimasakti, kira-kira 15 miliar tahun yang lalu. Pada saat itu terjadi ledakan yang maha dasyat yang melemparkan materi keseluruh jagad raya ke semua arah, yang kemudian membentuk bintang-bintang dan galaksi.
Di samping teori mengenai fisika, teori alam semesta, dan lain-lain, zaman kontemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang mengalami kemajuan sangat pesat. Mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet, dan sebagainya. Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuan kontemporer mengetahui hal yang sedikit, tetapi secara mendalam. Ilmu kedokteran semakin menajam dalam spesialisasi dan subspesialis atau superspesialis, demikian pula bidang ilmu lain. Disamping kecenderungan kearah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu dengan lainnya, sehingga dihasilkannya bidang ilmu baru seperti bioteknologi yang dewasa ini dikenal dengan teknologi kloning. (Rizal Mustansyir, dkk., 2001)
Selain Einstein yang terkenal dengan teori relativitasnya, dalam sejarah ilmu penegtahuan juga dikenal teori kuantum dan struktur atom yang diperkenalkan oleh Max Planck di Jerman. Rutherford, Bohr, Pauli, Schroedinger adalah para ahli yang memberi sumbangan besar dalam bidang pengetahuan ini. Penemuan radioaktivitas oleh Becquerel dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat digunakan untuk penelitian-penelitian dalam berbagai bidang. Penemuan ilmu kelistrikan sangat pesat dan dapat menghasilkan alat-alat canggih seperti komputer yang meningkatkan kegunaan ilmu pengetahuan alam dan teknologi bagi kesejahteraan manusia.
Selanjutnya dalam media komunikasi, penemuan mesin cetak merupakan peristiwa yang sangat penting, yang dimanfaatkan dengan baik pertama kali di Eropa. Penyebaran informasi melonjak dengan luar biasa. Media elektronik kemudian merevolusi informasi dengan televisi, koran jarak jauh (telezeitting), dan lain-lain, sehingga dunia terasa menjadi sangat kecil, dan orang tidak mau menerima begitu saja apa yang diperolehnya dalam hidupnya sekarang.
Kemajuan ilmu pengetahuan mengubah masyarakat dari tahapan prailmiah dengan kehidupan berladang dan beternak yang dipengaruhi oleh banyak hal yang ekstranatural ke tahapan ilmiah dengan kehidupan kota dan komunikasi yang padat. Di beberapa negara, masyarakat telah bergerak ke tahapan pascailmiah dengan ketergantungan informasi yang lebihbanya dan pada komputer sebagai sistem eksper untuk mengolahnya. Seluruh kehidupan praktis sudah terkomersialisasi. Kebutuhan dan produksi mulai dipertukarkan melalui alat penukar surat atau kartu berharga sampai ke perbankan elektronik, yang berlangsung dengan intensif dan cepat, sehingga sukar diketahui masing-masing dimulai oleh siapa, di mana dan bilamana.
Di sisi lain pada zaman kontemporer ini, perkembangan ilmu juga ditandai dengan terjadinya spesialisasi-spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Akibat dari semakin terspesialisasinya ilmu, bidang pengkajian suatu bidang keilmuan makin sempit yang ditambah dengan berbagai pembatasan dalam pengkajiannya seperti postulat, asumsi dan prinsip sehingga membuat lingkup penglihatan keilmuan makin bertambah sempit pula. Hal inilah yang menimbulkan gejala deformation professionelle yakni perubahan bentuk sebuah wujud dilihat dari kacamata professional.

1 komentar:

  1. Casino Games Online at JTV - Mahnomen Hotel and Spa
    JTV - the JTV Casino in Mahnomen, MN offers slots, video 서산 출장샵 poker, casino table games, 남원 출장마사지 bingo and a 충청남도 출장샵 sportsbook. Come 목포 출장샵 check out our 남원 출장샵 exciting slots,

    BalasHapus